Saturday, 16 November 2013

MASALAH DAN TANTANGAN PELAKSANAAN EVALUASI GURU


Sumber: bp.blogspot.com

Teacher evaluation practices in malaysian primary schools: issues and challenges merupakan judul artikel jurnal yang ditulis oleh Suseela Malakolunthu dan Vasundhara Vasudevan. Artikel ini menceritakan tentang masalah dan tantangan proses pelaksanaan evaluasi guru di Malaysia.
Evaluasi merupakan proses yang harus dilaksanakan untuk mengetahui tingkat target pencapaian kinerja maupun dalam upaya peningkatan mutu suatu organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi juga perlu melaksanakan suatu sistem evaluasi. Dengan tujuan mengetahui tingkat pencapaian kinerja sekolah yang nantinya akan digunakan dalam proses perencanaan sekolah dan siklus pengembangan mutu sekolah.  

Guru adalah sumber daya utama dari organisasi sekolah. Sehingga evaluasi terhadap guru merupakan bagian yang penting dari suatu sistem evaluasi dalam sekolah. Bahkan terdapat anggapan penilaian guru adalah bagian integral dari praktik mengevaluasi sekolah (Stake, 1989). Sebab kualitas guru diyakini berperan penting dalam meningkatkan keseluruhan kualitas pendidikan (Peterson, 2000) – hal 450.
Asumsi pentingnya evaluasi guru dan wacana Kementerian Pendidikan Malaysia pada tahun 2001 untuk meningkatkan mutu guru setingkat sekolah dasar (SD) melalui evaluasi guru berbasis sekolah, menjadi latar belakang dalam penelitian. Yaitu sebuah penelitian kualitatif studi kasus untuk menyelidiki masalah mendasar dalam implementasi praktik evaluasi guru berbasis sekolah di empat SD di Malaysia.
Malaysia memiliki dua jenis evaluasi guru. Yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan secara berkala, sepanjang tahun untuk menentukan efektivitas dari praktik pembelajaran di kelas dan kualitas kinerja guru.  Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan diakhir tahun sebagai persyaratan wajib Departemen Pelayanan Publik untuk menilai kinerja guru dalam kepentingan promosi jabatan. Evaluasi guru berbasis sekolah dalam hal ini terkait dengan evaluasi formatif.
 Pada metodologi penelitian ditetapkan 24 subyek penelitian dari empat sekolah yang terpilih berdasarkan tingginya prestasi siswa dan berbagai pengalaman profesional guru di Kuala Lumpur dan Selangor. Yaitu sebanyak 16 guru dan 8 tenaga kependidikan (kepala sekolah dan asisten guru senior). Terhadap subyek penelitian kemudian dilakukan wawancara, observasi, dan review dokumen untuk mendapatkan data.
Data penelitian yang diperoleh mencakup lima konstruksi kunci yang kemungkinan merupakan karakter sistem evaluasi guru berbasis sekolah di SD Malaysia. Lima konstruksi kunci tersebut adalah arah kebijakan, metode evaluasi, instrumen evaluasi, pemanfaatan hasil evaluasi, dan pengetahuan evaluator. Rincian masing-masing kunci dijabarkan sebagai berikut.
1.    Kebijakan : belum ada standar ketentuan pelaksanaan sistem evaluasi guru berbasis sekolah mengakibatkan pelaksanaan evaluasi hanya dalam tataran administratif dan tidak berjalan secara konsisten.
2.    Metode evaluasi: praktik evaluasi formatif tidak komprehensif dan dilakukan dengan format dan cara yang tidak tepat.
3.    Instrumen evaluasi : evaluator tidak mengembangkan instrumen sendiri sesuai dengan kebutuhan guru-guru di sekolah sehingga hasil evaluasi tidak relevan.
4.    Pemanfaatan hasil evaluasi : hasil evaluasi belum dimanfaatkan dalam pengembangan kompetensi profesional guru.
5.    Pengetahuan evaluator : evaluator dan guru masih belum bisa memahami perbedaan evaluasi guru berbasis sekolah dan supervisi klinis.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan metode komparatif konstan untuk mendapatkan kesimpulan umum. Hasil kesimpulan umum penelitian menyatakan bahwa keberhasilan sistem evaluasi berbasis sekolah berdasarkan empat aspek kunci, yaitu: kebijakan, metode evaluasi, instrumen evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi. Oleh sebab itu perlu memberi rekomendasi pembenahan dari sistem evaluasi guru berbasis sekolah di SD Malaysia sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.
Lalu bagaimana sistem evaluasi guru di Indonesia? Apa yang ditemukan dalam penelitian, sebenarnya juga menjadi masalah yang harus terselesaikan dalam sistem evaluasi guru di Indonesia. Terutama dalam hal pemanfaatan hasil evaluasi.
Sebagaimana yang diketahui kebijakan yang terkait dengan evaluasi guru di Indonesia terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Salah satu program SPMP adalah program Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Dalam EDS ini memuat penilaian kinerja delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Salah satunya adalah penilaian standar pendidik dan tenaga pendidikan. Pelaksanaan EDS dilakukan setiap tahun sebagai acuan dalam pembuatan Rencana Kerja Tahunan (RKT) sekolah.
Selain itu evaluasi guru juga terkait dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang adanya penilaian kinerja (PK) guru. Yaitu kegiatan penilaian terhadap tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Dilaksanakan setiap tahun, instrumen dan metode penilaian terkait penilaian kinerja guru sudah dibuat standar sehingga hasil evaluasi dapat menunjukkan konsistensi kinerja guru.
Seperti halnya yang terjadi di Malaysia, pelaksanaan evaluasi guru di Indonesia selama ini masih pada taraf pengembangan karir dan jabatan belum benar-benar berfokus pada tahap pengembangan kompetensi profesionalisme guru. Padahal evaluasi guru seharusnya berfokus pada pengembangan profesional berkelanjutan (Darling -Hammond 1990, Glatthorn 2000; Glickman et al . 2010) – hal 450.
Oleh sebab itu saran peneliti untuk perbaikan proses evaluasi guru di Malaysia juga dapat diadaptasi oleh Indonesia. Yaitu mengintegrasikan sistem penilaian kinerja peserta didik dengan sistem penilaian kinerja profesionalisme guru. Dengan demikian peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas guru dapat tercapai. Sebagaimana pernyataan Darling-Hammond (1990) bahwa kunci untuk peningkatan kualitas pendidikan terletak pada peningkatan kualitas guru sebagai pelaksana program sekolah dan kurikulum­ – hal 450 .




Daftar Referensi

Malakolunthu, Suseela. & Vasudevan, Vasundhara. 2012. Teacher evaluation practices in Malaysian primary schools: issues and challenges. Asia Pacific Educ.Rev, 13, 449-456.
Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
Permennegpan & RB No.16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya.

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungannya