Tuesday, 10 December 2013

MENGENAL SEJARAH SEBAGAI IDENTITAS BY HANUM RAIS



Identitas Buku

Judul               : 99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Penulis             : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit               : Mei, 2013 (Cetakan kedua belas)
ISBN               : 978-979-22-7274-1
Tebal               : 412 hlm

Mengenal identitas itu penting. Agar bisa memahami, menghargai, dan mencintainya. Begitu pula dengan identitas agama kita. Tidak hanya perlu mengenal kewajiban, kepercayaan atau pun pelaksanaannya. Melainkan juga dengan sejarahnya, sebab mengenal sejarah adalah bagian dari identitas. Tapi sayang selama ini di sekolah-sekolah pelajaran sejarah hanya menjadi sekedar transfer pengetahuan tentang apa, kapan, dan siapa. Bukan bagaimana dan mengapa. Maka jadilah pelajaran sejarah terkesan hanya mampir sejenak di dalam otak. Tanpa pernah merasa mengenalnya sebagai identitas.

Hanum dan Rangga membuat titik balik tentang pelajaran sejarah. Khususnya sejarah Islam abad pertengahan di Eropa. Melalui novel 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum dan Rangga bercerita bagaimana dan mengapa sejarah Islam di Eropa perlu untuk diketahui. Dengan mengambil alur kisah perjalanan Hanum dan Rangga, kita disuguhi kebudayaan, keilmuwan, hingga kesan keserakahan yang melekat pada sejarah Islam di Eropa dalam konteks masa kini. 
 
Sumber: cloudfront.net
Bahasa yang mengalir apik melalui penuturan yang ringan membuat sejarah seakan kisah perjalanan yang wajib dikenang. Sederhana tapi bermakna. Membuat pembaca mengenal Kara Mustafa Pasha, Napoleon Bonaparte, Sultan Al Rahman, Averroes, Mohammad Boabdil, Isabella dan Ferdinand, Sultan Mehmed, Sultan Abdul Majid, Sultan Ahmed, dan Kemal Ataturk. Dengan latar belakang jejak sejarah Islam di Wina, Paris, Cordoba dan Granada, serta Istanbul.

Tidak semua sejarah dalam Islam memiliki nilai baik, beberapa sejarah justru menampakkan keburukan dari para pemuka muslim yang tidak ingin kita kenang. Seperti tokoh panglima perang dinasti Turki, Kara Mustafa Pasha yang dikenal masyarakat Wina sebagai penjahat. Namun sebagaimana pesan Hanum dan Rangga melalui tokoh Fatma bahwa manusia dan peradaban itu dapat berubah dengan mudah. Kita hanya harus mensyukuri apa yang telah menjadi sejarah. Kini sebagai muslim di masa depan, satu-satunya kewajiban kita adalah menjadi agen muslim yang baik (halaman 359). Kekuatan pesan untuk menjadi agen muslim yang baik kemudian kembali dipertegas Hanum dan Rangga dalam perkataan Fatma selanjutnya,
“..aku ingin anak-anak muslim tahu bahwa dalam setiap waktu, dalam masa depan mereka, mereka akan menemui orang-orang yang berbeda dalam hal kepercayaan, bahasa, dan bangsa. Aku ingin mengajarkan pada mereka bahwa perbedaan terjadi bukan karena Tuhan tidak bisa menjadikan kita tercipta sama. Menciptakan manusia homogen itu bukan perkara sulit untukNya. Itu semua terjadi justru karena Tuhan Maha Tahu, jika kita semua sama, tidak ada lagi keindahan hidup bagi manusia. Jadi nikmatilah perbedaan itu” – halaman 368.

Kelihaian Hanum dan Rangga dalam mengolah pesan dalam novel sangat baik. Melalui perbincangan tokoh-tokohnya, pesan-pesan itu tersampaikan tanpa terkesan menggurui. Sehingga dapat menggugah kesadaran pembaca tanpa harus melakukan pemaksaan argumen.    

Perjalanan dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa diakhiri dengan perjalanan Hanum menunaikan ibadah haji. Memutari Kakbah. Tempat yang disebut Hanum sebagai titik nol dalam pencarian keberadaan manusia. Bangunan sederhana namun paling sempurna. Dengan bentuk kubus dan warna hitam sebagai induk dari segala warna. Serta memandang dari kejauhan titik awal tempat semuanya berasal. Jabal Nur, awal diturunkannya Al-Qur’an, awal kelahiran Islam (halaman 392).

Sebuah penutup yang mungkin tidak berada dalam kategori happy ending atau sad ending. Melainkan realize ending. Membuat pembaca harus kembali ke titik Nadhir. Bahwa sejatinya sebagai manusia kita tidak boleh melupakan titik awal sejarah, dimana perjalanan dari sebuah identitas bermula.

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungannya