Tuesday, 31 December 2013

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG BY AGUNG PRIBADI



Identitas Buku

Judul               : Gara-gara Indonesia
Penulis             : Agung Pribadi
Penerbit           : AsmaNadia Pulishing House
Terbit               : Desember, 2013
ISBN               : 978-602-9055-16-0
Tebal               : xiv + 210 hlm

Coba kita masih pakai bahasa Belanda ya, kan seru ke Eropa nggak usah pakai belajar bahasa Belanda lagi!” – hal.122
 
Sumber: tokoasmanadia.com
Celoteh anak muda yang menurut Agung bersifat main-main tapi sangat mengenaskan. Sebelumnya celoteh semacam itu juga pernah hinggap dalam benak saya. Mengapa bahasa negara yang pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun hilang tanpa bekas. Padahal negara lain menggunakan bahasa negara penjajahnya sebagai bahasa sehari-hari bahkan sebagai bahasa nasional. Seperti halnya Singapura yang pernah menjadi jajahan Inggris. Saat ini Singapura menggunakan bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa nasionalnya. Lalu Indonesia? Sempat timbul perasaan negatif, apakah bangsa Indonesia terlalu susah menguasai bahasa Belanda sehingga bahasa Belanda tidak digunakan di Indonesia. Ah, sungguh keterlaluan.

Setelah membaca buku Gara-Gara Indonesia, ternyata saya yang keterlaluan. Tidak menghargai jerih payah para pejuang bangsa untuk menghargai bahasa sendiri. Untuk menenggelamkan ambisi kesukuan dan bersama-sama membangun bahasa persatuan. Lalu salahkah saya yang pernah berpikir negatif seperti itu?

Kembali pada judul di atas, tak kenal maka tak sayang. Itulah yang terjadi. Saya tidak benar-benar mengenal Indonesia. Terutama tentang sejarah bahasa Indonesia. Namun bukan berarti saya tidak memahami arti sumpah pemuda bagi bangsa Indonesia. Bukan pula saya tidak mengetahui isi sumpah pemuda. Bukan! Saya mengerti jika sumpah pemuda itu memiliki arti penting dalam konteks persatuan Indonesia, termasuk bahasa persatuan. Saya juga hafal bunyi teks sumpah pemuda dari awal sampai akhir. Jika demikian dimana letak kesalahan saya?

Pemaknaan. Ya, pemaknaan adalah unsur penting untuk memahami secara lebih mendalam rentetan peristiwa sejarah. Untuk apa? Untuk menghidupkan kembali rasa sayang pada Indonesia. Rasa nasionalisme. Tidak seperti yang selama ini terjadi. Sejarah hanya ditampilkan dalam tempelan kisah angka statistik dan kejadian. Kemudian berakhir pada seremonial rutinitas upacara dalam menyambut hari-hari nasional.

Jika diibaratkan novel, maka kisah-kisah sejarah tidak memiliki konflik yang dapat menyebabkan pembacanya terhanyut emosi. Walaupun dalam judul tertera peristiwa heroik. Namun jika dibaca kisah-kisah itu terkesan datar. Hambar. Tidak ada bangunan kalimat yang berujung pada rasa heroik seperti yang diyakini pembaca.

Kini Agung yang mengenalkan diri sebagai historivator memilih jalan berbeda dalam mengenalkan sejarah. Sejarah ditampilkan dalam kisah motivasi melalui pergolakan batin para pejuang dan ulasan renungan peristiwa. Seperti peristiwa perang Surabaya yang ternyata satu-satunya kekalahan sekutu setelah PD II, sejarah G30S yang membuat Indonesia sebagai satu-satunya negara yang berhasil menghambat laju komunisme, deklarasi Djuanda yang menjadikan Indonesia sebagai pelopor peraturan hukum laut internasional, dan masih banyak lagi kisah-kisah yang lain. Peristiwa sejarah yang disuguhkan melalui kisah bermuatan motivasi memunculkan pemaknaan dalam bentuk emosi. Rasa bersalah, sesal, geram, marah, hingga kebanggaan yang tak terkira.

Pada akhirnya buku Gara-Gara Indonesia yang ditulis Agung tidak hanya mengenalkan sejarah Indonesia. Tetapi sekaligus menumbuhkan rasa nasionalisme dan kesadaran untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Kembali membuat kisah kehebatan Indonesia yang selalu berani tampil beda. Termasuk memilih melupakan bahasa penjajahnya dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Tak kenal maka tak sayang. Sungguh pepatah yang tepat bagi saya ketika berpikir negatif tentang tidak digunakannya bahasa Belanda di Indonesia.    

Coba kita masih pakai bahasa Belanda ya, mungkin kita akan sama dengan Belgia. Selalu berseteru karena perbedaan bahasa!

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungannya