Kehidupan abad
ini tidak terlepas dari peran teknologi khususnya teknologi informasi dan
komunikasi. Demikian pun yang terjadi dalam dunia pendidikan. Model-model
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi mulai
dikembangkan. Salah satunya adalah sistem pembelajaran online (e-learning). Pengembangan e-learning ternyata tidak hanya
dilakukan oleh negara maju, tetapi juga oleh negara-negara berkembang seperti
halnya India.
Seperti halnya
jurnal (dapat di klik dsini) yang ditulis oleh Dr. P. Nagarajan dan Dr. G. Wiselin Jiji yang bertujuan
untuk menemukan model e-learning yang
sesuai bagi guru maupun siswa di distrik Tuticorin, negara bagian Tamil Nadu,
India. Bagaimana sebenarnya model e-learning
yang sesuai bagi guru dan siswa? Khususnya di distrik Tuticorin, dimana para guru
dan siswa di sana mulai menggemari pembelajaran dengan sistem online.
Sumber: balebengong.net |
Secara khusus peneliti kemudian mendefinisikan
e-learning sebagai segala
bentuk pembelajaran yang mendukung
penggunaan alat elektronik secara prosedural dalam proses pembelajaran, dan
bertujuan untuk memberikan informasi
pengetahuan dengan dasar pengalaman,
praktek dan pengetahuan siswa.
Definisi peneliti sesuai
dengan pernyataan Horton (2006: 1) yang mengungkapkan e-learning sebagai
penggunaan teknologi informasi dan komputer untuk menciptakan pengalaman dalam
belajar. Lebih rinci Hartley dalam Wahono (2005) mengemukakan e-learning
sebagai suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya
bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media
jaringan komputer lain.
Apa yang dikemukakan Hartley
merupakan gambaran peneliti tentang proses pembelajaran e-learning. Yakni mengacu pada pembelajaran berbasis komputer, pembelajaran berbasis web,
kelas virtual, jaringan sosial dan
kolaborasi digital. Dimana materi pembelajaran dalam bentuk teks, gambar, animasi, streaming video dan audio dikirim melalui internet, intranet /
extranet, audio atau video tape, TV satelit, dan CD-ROM.
Pada dasarnya proses
penyelengaraan e-learning memerlukan sistem yang mampu mengelola
pembelajaran secara online. Sistem tersebut dikenal dengan nama LMS (Learning
Managemen System). LMS dipilih karena dapat membantu membuat dan menawarkan
beberarapa course, menyediakan kemampuan memperlancar pelajaran dan
dapat diintegrasikan dengan LCMS (Learning Content Management System )
dalam membuat kontennya (Horton & Horton, 2003 : 169).
Dengan alasan
tersebut, peneliti juga memilih LMS dalam proses penyelenggaraan e-learning. Seperti yang dijelaskan
dalam jurnal, LMS adalah aplikasi
perangkat lunak untuk seluruh sistem pendukung pembelajaran, seperti
administrasi, dokumentasi, pelacakan dan pelaporan program pelatihan, ruang
kelas dan pada peristiwa line,
program e-learning, dan isi
pelatihan. Dimana dalam menggunakan LMS, implementasi e-learning dapat dibuat lebih efektif dengan menggunakan LMS moodle populer.
Moodle merupakan software gratis e-learning yang dirancang untuk membantu guru membuat program
pembelajaran yang berfokus pada interaksi dan konstruksi materi yang
kolaboratif. Pengertian ini sesuai dengan Panduan Sistem Manajemen Konten Pada Platform Moodle Institut
Teknologi Sepuluh November (2007) yang menyatakan moodle adalah sebuah course
management system yang digunakan untuk membuat sebuah proses belajar (learning) bisa dilakukan secara online, powerful
dan fleksibel. Moodle juga bisa
disebut sebagai e-learning, karena selain bisa mengelola sebuah proses
belajar berlangsung, juga mampu mengelola materi dari pembelajaran.
Pengorganisasian
LMS dengan mengintegrasikan ke dalam SMS (Student
Management System) merupakan fokus peneliti untuk mengembangkan model e-learning yang sesuai bagi guru dan
siswa di distrik Tuticorin. Dengan harapan program e-learning dapat berjalan dengan maksimal di distrik Tuticorin.
Namun sayangnya
dalam jurnal hasil penelitian belum sampai pada bentuk rancangan model. Tujuan
bagaimana model e-learning yang
sesuai bagi guru dan siswa di distrik Tuticorin belum dapat dikaji dalam
jurnal. Sebab hasil penelitian baru sampai pada taraf survei respon guru/tutor
dan mahasiswa terhadap keinginan untuk mengikuti program e-learning. Atau dapat dikatakan penelitian dalam jurnal masih
termasuk dalam penelitian pendahuluan dalam lingkup penelitian pengembangan. Dengan tujuan mengumpulkan
informasi, baik berupa masalah maupun potensi yang bisa dikembangkan dalam
penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan model.
Walaupun demikian hasil
penelitian ini sangat bermanfaat sebagai pertimbangan bagi sekolah maupun pusat
pelatihan di distrik Tuticorin yang memiliki program e-learning. Agar nantinya dapat mengembangkan dan meminimalisasi
kelemahan dari program e-learning yang
sudah dimiliki. Selain itu penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain yang
ingin melanjutkan mengembangkan model e-learning,
khususnya di distrik Tuticorin.
DAFTAR
PUSTAKA
Horton, W. 2006. E-learning
by Design. San Fransisco: Pfeiffer.
Horton, W. &
Horton, K. 2003. E-learning tools and technologies. Canada : Wiley Publishing
Inc.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 2007. Buku Panduan Sistem Manajemen Konten pada Platform Moodle. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Wahono, R.S. 2003. Pengantar
E-learning dan Pengembangannya. (online, www.ilmukomputer.com di akses tanggal 25 September 2013)
Menarik mas.. saya juga lagi coba ngembangin e - learning.. beratnyah.. hihih
ReplyDeletemampir mas.. http://agunghpradityo.blogspot.com/2015/08/fresh-graduate-mau-kerja-atau-kuliah.html
Wah, saya perempuan nih. Hehehe. Saya sendiri masih dalam tahap belajar belum mengembangkan.
Delete