Identitas
Buku
Judul :
Puzzle Mimpi
Penulis :
Anna Farida
Penerbit :
Caesar Books Publisher
Terbit :
-
ISBN :
602-8150-33-9
Tebal :
vi + 178 hlm
Target penyelesaian tesis yang terjadwal rapi
membuat pikiran saya seakan seperti berada di dalam benteng. Terlalu tegang.
Hingga memandulkan imajinasi untuk terbang bebas dan melayang mengikuti irama
kehidupan. Saat-saat seperti ini saya butuh bacaan ringan.
Sekedar untuk melonggarkan pikiran dan sekaligus memperbaharui energi dalam
bekerja. Setelah memilih dan memilah deretan buku yang belum terbaca hingga
hari ini, akhirnya saya memutuskan mengambil sebuah buku bersampul putih dengan
hiasan puzzle-puzzle berwarna hijau. Sampul buku ini cukup menarik untuk
dilihat. Sederhana tapi penuh makna. Itulah kesan saya saat mengamati sampul buku
berjudul Puzzle Mimpi, karya Anna Farida.
Tentang Anna Farida, saya belum pernah mengenalnya.
Akan tetapi sosok yang dijadikan sumber cerita oleh Anna Farida adalah sosok
yang pernah saya temui dan saya kagumi. Hm, siapakah sosok itu? Namanya Indari
Mastuti, atau teh Iin. Pemilik Indscript Creative, pendiri komunitas Ibu-ibu
Doyan Nulis (IIDN), Perempuan Inspiratif Nova 2010, Juara II Wirausaha Muda Mandiri
2011, dan Perempuan Indonesia Terinspiratif Majalah Kartini 2012.
Berawal dari pertemuan dengan teh Iin, saya begitu
ingin dan bersemangat untuk mengetahui lika liku perjuangan teh Iin hingga
berhasil membangun komunitas yang kini berjumlah 12.000 orang. Angka yang
sangat fantastis untuk sebuah komunitas dengan mayoritas anggota ibu-ibu rumah
tangga.
Keinginan saya untuk mengetahui perjuangan teh Iin
akhirnya tercapai melalui buku Puzzle Mimpi. Ya! Buku Puzzle Mimpi membuat saya
memasuki dunia teh Iin dari masa kecil hingga keberhasilannya saat ini.
Kehidupan masa kecil teh Iin diwarnai keminderan. Ketidakharmonisan
dalam keluarga dan minimnya finansial menjadi penyebab tumbuhnya rasa minder
itu. Walaupun demikian teh Iin kecil tidak pernah menampakkan rasa mindernya, ia
selalu menutup rasa itu dengan keceriaan dan keramahannya terhadap semua orang.
Rasa minder biasanya membuat orang terperosok
dalam putus asa. Namun berbeda dengan Teh Iin kecil. Rasa minder malah
membuatnya bersemangan mengerahkan kemampuan dalam mencapai mimpi. Usahanya itu
ia mulai dengan berkomitmen membuat jadwal harian dan konsisten untuk mematuhi
jadwal yang dibuat.
Saat yang lain bermalas-malasan dengan waktu,
teh Iin kecil mencoba menaklukkan waktu. Dia membuat benteng dengan
kemalasannya agar tidak sekalipun melanggar jadwal yang telah dibuat. Bahkan
dengan iming-iming kata bermain, teh Iin tidak tergiur. Dia lebih sering
membuat temannya menunggu, karena jadwal bermain yang ditentukan belum tiba
waktunya.
Kedisiplinan yang dibangun sejak dini membuat teh
Iin menjadi sosok yang profesional dalam bekerja. Produktivitas tinggi menjadi
target pencapaian yang harus ia lakukan. Oleh sebab itu, ia sering mengambil langkah-langkah
cepat dalam memutuskan dan membuat perencanaan pekerjaan. Langkah ini ternyata
tidak dapat diikuti oleh sebagian orang-orang disekitarnya. Akibatnya, ia
dikenal sebagai pemimpin yang terlalu mengeksploitasi anak buah.
Pada dasarnya keinginan seorang teh Iin hanya
satu. Profesional, disiplin, dan konsisten dalam pekerjaan. Tetapi pengalaman
yang dimilikinya sejak kecil, membuat ia selalu mendapat energi semangat yang
luar biasa untuk segera melangkah lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan
orang lain. Energi yang mungkin belum bisa dimiliki oleh orang-orang yang
bekerja dengannya.
Akhirnya, kisah tentang seorang Indari Mastuti mengajarkan pada saya tentang
kedisiplinan terhadap manajemen waktu. Kedisiplinan dalam mengelola
kecenderungan untuk berperilaku putus asa, menyerah, dan pasrah terhadap
keadaan. Karena pada dasarnya hidup adalah rangkaian waktu untuk belajar lebih
baik, lebih bijak, lebih bahagia, dan lebih bersyukur terhadap karuniaNya.
“Perjalanan
tidak selalu mulus, tidak juga selalu sukses sesuai harapan. Hal ini bukan
berarti kita berhenti melangkah, tetapi mencari solusi terbaik. Terus lakukan
inovasi dengan kreatif adalah pilihan terbaik dalam keadaan gagal pun tidak
terhenti ketika sukses”- hal. 87.
sippp (y)
ReplyDeleteTerima kasih mbak ;)
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete