Identitas Buku
Judul : Secangkir Kopi for Positive Thinking
Penulis : Naif
Abdurrahman Al-Zuraiq
Penerbit : Real
Books
Terbit : Juli,
2013
ISBN :
978-602-77012-3-6
Tebal : 204
hlm, 20 cm
Saat pergantian
usia tahun ini, saya mendapat hadiah buku dari seorang teman. Salah satu buku
berjudul Secangkir Kopi for Positive
Thinking. Buku yang berisi kumpulan 66 anekdot untuk pikiran positif,
karier, bisnis, manajemen, dan kepribadian positif.
Tetapi ternyata
perkiraan saya tidak tepat. Buku terjemahan dari Al-Uslub Al-Aqwa Wal-Althaf fil-Taghyir karya Naif Abdurrahman
AL-Zuraiq, memiliki isi yang berbeda. Salah satunya pada halaman 3 yang berisi
persembahan dari sang penulis. Dibawah persembahan penulis terdapat beberapa
garis dengan titik-titik kosong. Tulisan di atas garis titik kosong tersebut
adalah “Teruntuk.”
Melihat kata
teruntuk, saya langsung berfikir bahwa penulis berniat menulis buku ini sebagai
pemberian hadiah. Hadiah tentu bukan hal yang sepele. Sebab merupakan cermin
dari kepedulian, keinginan, dan kebahagiaan dari si pemberi kepada si penerima.
Jika demikian, buku ini tentu sangat menarik untuk dibaca.
Saya kemudian membuka lembar-lembar buku hingga sampai pada halaman
pengantar penulis di halaman 14-20. Biasanya disini sang penulis menceritakan
kisah awal buku selain ucapan terima kasih. Benar saja. Saya menemukan catatan
tentang bagaimana awal mula ide buku ini.
“Ide ini berawal ketika saya menelaah cerita-cerita
yang saya miliki yang saya kumpulkan dari berbagai sumber. Saya kemudian
menemukan, “Ternyata dalam cerita-cerita tersebut penuh dengan makna, pesan,
dan memiliki manfaat yang banyak terhadap diri saya pribadi” – hal. 17.
Tidak lebih
sama dengan buku-buku positive thinking
yang lain. Lalu apa yang berbeda? Saya kemudian membuka halaman daftar isi. Saya
menemukan keterangan pada setiap judul cerita. Contoh pada cerita pertama yang memiliki
kesamaan dengan kalimat pada judul buku. Cangkir-cangkir kopi. Keterangan pada
judul cerita “Kisah pengembangan kecerdasan sosial.”
Cangkir-cangkir kopi mengisahkan tentang pertemuan alumni di Amerika. Pada
acara santai masing-masing alumni mulai membicarakan kesuksesannya, dan
meremehkan yang lain. Seorang dosen kemudian menyajikan teko berisi air kopi
yang ditemani beberapa cangkir. Cangkir-cangkir tersebut memiliki bentuk,
warna, dan tampilan kemewahan yang berbeda. Sang dosen mempersilahkan para
alumni untuk menuangkan sendiri kopi pada cangkir yang sudah dipilih. Setelah secangkir
kopi berada ditangan masing-masing alumni, dosen tersebut memberikan pernyataan
bahwa fokus utama meminum kopi bukanlah memilih cangkir, melainkan bagaimana
menikmati minuman kopi yang ada di dalam cangkir.
“Apakah hanya cangkir bagus yang menyita
perhatian kalian, sementara kalian sama sekali tidak memperhatikan cangkir yang
biasa-biasa saja? Inilah yang menyebabkan di antara kalian meremehkan satu
dengan yang lainnya, padahal sebenarnya yang kalian butuhkan adalah kopi, bukan
cangkir! Namun kalian tertipu dengan cangkir yang mewah dan mahal” – hal.
29.
Pesan dalam kisah cangkir kopi dijelaskan penulis pada bagian akhir
cerita. Dengan bahasa yang ringan, penulis memberikan penjabaran yang mendetail
tentang isi pesan kisah cangkir kopi.
“Kehidupan adalah seperti kopi. Jabatan,
harta, dan status sosial pada dasarnya seperti cangkir, yang hanya menjadi
sarana dan alat untuk mencapai tujuan hidup. Kopi tetap menjadi kopi dan tidak
akan pernah berubah. Namun jika hanya berfokus pada cangkir, kita akan
menyia-nyiakan kesempatan menikmati lezatnya kopi” – hal. 29.
Ulasan penulis
pada tiap-tiap cerita memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang isi
kandungan dari masing-masing cerita. Selain membuat hasrat melakukan perubahan
hidup ke arah yang lebih baik semakin kuat.
Kisah penuh
hikmah, fokus pengembangan, dan ulasan. Tiga karakter inilah yang membuat buku positive thinking ini berbeda dengan
buku yang lain. Sehingga menarik untuk dibaca pada waktu senggang. Selain sebagai
kado istimewa yang bermanfaat bagi orang terdekat anda.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungannya