Apakah pesawat Raga bisa kembali ke rumah Mod? Bagaimana kondisi pesawat Raga? Jangan buang waktu. Rasa penasaran dalam Cerita Mod edisi 7 akan terungkap di bawah ini.
Hari 8. Minggu
Semakin lama, bulatan merah pada layar semakin
mendekat ke arah titik hijau. Titik yang menurut Raga adalah tempat ini. Aku
dan Raga tanpa berkedip memperhatikan layar. Kenapa lama sekali ya?
Ngiiiing. Bugh. Suara benda jatuh. Aku menolehkan
wajah pada hamparan rumput yang menutupi halaman rumah. Benda putih teronggok
di atas rumput. Beberapa langkah dari tempat kami berdiri.
“Itu pesawatku!” teriak Raga berlari mendekati
pesawat yang mendarat di atas rumput. Aku mengikuti dibelakang Raga.
Raga mengambil pesawat dari atas rumput. Memeriksa
bagian-bagian pesawat. Tidak ada yang lecet. Raga lalu menekan
tombol dibagian samping tubuh pesawat. Ceruk itu sudah kosong. Jadi...
“Kita berhasil! Kita berhasil!” aku dan Raga
meloncat-loncat kegirangan. Pengiriman pesan pertama kami menggunakan pesawat
Raga berhasil.
Aku dan Raga kemudian bergantian menerbangkan pesawat
di halaman rumah. Semua gaya terbang pesawat dicoba. Dari gaya berputar, miring,
hingga menukik seperti roket. Benar-benar mainan pesawat yang hebat. Tidak berbeda
jauh dengan pesawat sungguhan.
Menjelang sore Raga pamit pulang. Aku masuk rumah
dan mandi. Setelah itu menonton televisi. Sebenarnya aku tidak sabar menunggu
kedatangan ibu. Ingin sekali bertanya, apakah melati kirimanku sampai
ditangannya? Bagaimana cara ibu membuka pesawat? Apakah ibu bersedia
membelikanku pesawat seperti punya Raga?
Jadilah aku menonton sambil mondar mandir ke ruang
tamu. Mengintip gapura dari balik jendela. Siapa tahu ibu sudah pulang.
*****Apakah ibu Mod benar-benar menerima kiriman melati dari Mod? Hm... bisa jadi orang lain yang menerimanya kan? Daripada sibuk menebak, tunggu saja dalam Cerita Mod edisi 9. Sampai jumpa.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungannya